Wednesday 2 July 2014

Surat Musim Dingin dari Kota Khasavyurt

Oleh : Keiza Ayu Vriscilasari

Sepucuk surat dituliskan oleh Anna Svetlana kepada Max Matvei pada musim dingin di kota Khasavyurt.
Dengan tangan kiri berbalut sarung tangan yang mengepal kedinginan di atas meja, juga tangan kanan yang memegang bolpoin tinta hitam kesayangannya. 
Anna merasakan hatinya sangat getir menyadari kepindahan Max ke United States karena mendapat beasiswa Ilmu Politik di Harvard.

Di satu sisi, Anna turut merasakan kegembiraan melihat keberhasilan orang yang dicintainya sejak mereka bersama duduk di bangku SMP. Persahabatan mereka begitu manis, bagai permen gula warna-warni yang menjadi favorit mereka sejak SMP. Seakan tidak ada minggu-minggu yang terlewatkan tanpa menghidupkan sang waktu bersama.

Namun pada sisi yang lain, menyimpan perasaan sesungguhnya menjadi hal yang sebenarnya tidak ia kehendaki. Tetapi apa daya, Max Matvei telah pergi jauh sebelum perasaan itu terungkapkan. Cerita ini nampaknya cliché bagi kebanyakan orang, karena siapa yang tidak pernah patah hati. 
Untuk pertama dan terakhir, Anna Svetlana membulatkan tekad untuk mengirim surat kepada Max.
Pada akhirnya… dengan air mata yang tak tertahankan, namun tetap ditahan supaya tidak membasahi kertas surat, Anna memilih untuk…… menyerah. Ya, berhenti memperjuangkannya.
Bagi Anna, persahabatan ini telah cukup manis mengisi hari-harinya, dan menjadikannya bermakna.

------------------------
Khasavyurt, 31 Mei 2014

Dear Max Matvei

Sebelumnya, aku minta maaf kalau kamu akan kaget ketika membaca suratku ini. Maaf kalau aku tidak bisa menggunakan kata-kata yang indah, kiasan, analogi, atau sebagainya. Sehingga kalimat per kalimat ku ini akan menjadi begitu sangat “straightforward”, dan aku tidak mengharapkan apapun darimu.
Semoga persahabatan kita akan tetap manis seperti permen gula warna-warni favorit kita, sampai suatu hari kita bertemu lagi.
Aku hanya ingin mengungkapkan perasaan yang kusimpan sejak SMP ini, (yang mungkin saja kamu menyadari atau tidak), supaya kamu tahu bahwa kamu begitu spesial dan begitu berpengaruh dalam dunia seorang Anna Svetlana.

Max Matvei...
Ketika kamu tidak dapat merasakan eksistensi perasaan cintaku, tidak mengindikasikan bahwa perasaan itu memudar, atau aku mencintaimu sebagai permainan..
Dalam masa itu, 
Aku sedang berusaha membuat diriku layak untuk mencintai orang sepertimu… orang yang menurutku layak untuk ditunggu dan diperjuangkan (perjuangan yang sebatas perempuan bisa lakukan)

Aku sedang berusaha untuk menghargai diriku sendiri, mengasihi orang-orang di sekitarku, karena aku tidak ingin menjadikan cinta hanya sebatas perasaan yang menjadikanku buta terhadap sekelilingku...
Cinta seharusnya tidak membuatku mati rasa terhadap yang lain.

Aku sedang berusaha untuk menguji perasaanku, apakah tetap tahan meski waktu silih berganti, meski banyak orang datang dan pergi, meski komunikasi tidak menjadi intens, aku sedang berusaha merenungi semuanya itu…
Karena akan sangat logis bila aku mencintaimu ketika kita selalu (terbiasa) bersama, namun apakah tetap sama bila yang terjadi sebaliknya?

Aku sedang berusaha untuk lebih mencintai Dia yang menciptakan aku dan kamu,
Dia yang selalu menjadi tempatku mengadu ketika tidak satupun tahu betapa aku merindukanmu,
betapa aku kuatir ketika kau tampak tidak dalam keadaan baik, 
betapa aku lelah menunggu namun tetap ingin menunggu,
betapa aku senang ketika mata mu menyapaku dengan senyuman dan canda,
betapa aku sering menyesali kala bertindak "bodoh" di hadapanmu
dan betapa aku ingin kau tahu segala perasaan yang terpendam dengan sangat dalam… Tuhan tahu…
Dalam doa ku terpaku, mendoakan aku, kamu, kita…
Aku tidak tahu apa yang Tuhan lukiskan dalam masa mendatang…
Tetapi satu yang aku tahu, Tuhan tahu aku mengasihimu
Ya, aku ingin mengasihimu dengan kasih yang sudah Tuhan ajarkan kepadaku

#Kasih itu sabar, kasih itu murah hati, ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu. Kasih tidak berkesudahan……….. (1 Korintus 13:4-8)#

See you when I see you, Max! Take care, and I am waiting for your hundred stories…

Sincerely,


Anna Svetlana

No comments:

Post a Comment