Oleh : Keiza Ayu Vriscilasari
Gili Terawangan, Lombok, 25 Juli 2014 |
Selalu terbit dan terbenam
Kehidupan memang
selalu menawarkan aksi-reaksi, ataupun korelasi-oposisi.
Ketika terbitnya
matahari selalu menjadi hal yang lebih menarik bagi kebanyakan orang,
entah mengapa
matahari terbenam memberiku banyak pelajaran.
Matahari terbenam
menyadarkanku pada pasang-surut kehidupan.
Itulah sebabnya
jangan berhenti berusaha, bekerja, dan berdoa.
Kehidupan tidak
akan selalu di atas, pun tidak selalu di bawah.
Ada masa-masa kau
akan menuai,
tetapi kau harus berjerih lelah menabur dahulu.
Bahkan ketika
seluruh energimu telah terbenam hari ini,
bukan berarti
mimpi dan usahamu ikut terbenam pada hari ini, esok, dan seterusnya.
Matahari terbenam
mengingatkanku bahwa tinggi hati akan membawa kehancuran.
Manusia bukanlah
apapun selain ciptaan Sang Maha Kuasa,
Ia yang membentuk
dan memberi nafas kehidupan.
Manusia memang
diberi mandat untuk mengelola bumi dan segala isinya,
Manusia memang
diizinkan menikmati hal-hal bersifat materi dan non-materi di dunia,
tetapi hal yang
seringkali dilupakan
bahwa segalanya milik Dia dan untuk Dia.
Surga ataupun
neraka tidak akan menggolongkanmu pada barisan-barisan perbedaan status sosial,
jumlah kekayaan, warna kulit, dan sebagainya.
Matahari terbenam
memberiku gambaran akan harapan,
Ia terbenam perlahan
seiring dengan rutinitas
yang terkadang membuat penat.
Ia terbenam
perlahan diikuti datangnya malam yang memberiku ketenangan.
Ya, ketika malam
datang, harapan itu menguat,
seiring dengan
Sang Pengharapan Sejati yang berbicara padaku…
memberi kekuatan
untuk bersiap terbit kembali esok hari, apapun yang terjadi hari ini,
apapun yang
seakan membenamkanmu hari ini...
Gili Terawangan, Lombok, 25 Juli 2014 |
No comments:
Post a Comment