Tuesday 8 July 2014

Kontes Duta ASEAN Community 2015: Sebuah Ajang Peningkatan Kesadaran dan Optimisme Publik Dalam Menyongsong ASEAN Community 2015

Oleh : Keiza Ayu Vriscilasari & Febby Risti Widjayanto

(Tulisan ini ditulis ketika mengikuti Lomba Karya Tulis Ilmiah Tingkat Nasional, tahun 2013, yang diselenggarakan oleh Kementerian Luar Negeri RI)


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang Masalah
Saat ini, ASEAN telah mendengungkan ASEAN Community 2015 sebagai bentuk integrasi negara-negara ASEAN untuk saling menjaga stabilitas dan menjalin kerjasama di dalamnya. Tidak dapat dipungkiri bahwa diskusi mengenai ASEAN Community 2015 akan selalu dibandingkan dengan “benua sebelah” yakni Eropa yang telah memiliki Uni Eropa (EU). Sikap pesimistis dari masyarakat nampaknya akan menjadi penghalang utama dalam menumbuhkan integrasi ASEAN Community 2015. Karena dalam proses integrasi melibatkan aspek fisik dan non-fisik yang memiliki kesatuan tujuan dan optimisme pembangunan.

1.1.1 Selayang Pandang ASEAN Community 2015
ASEAN Community yang merupakan upaya pengintegrasian negara-negara anggotanya dengan slogan “one vision, one identity, one community”, akan dibentuk tahun 2015 dengan segala persiapannya yang telah dimulai sejak tahun 2009. Dalam Roadmap for an ASEAN Community 2009-2015 (2009) dijelaskan bahwa:
 “The Declaration of ASEAN Concord II (Bali Concord II), which seeks to bring the ASEAN Vision 2020 into reality by setting the goal of building an ASEAN Community by 2020 comprising three pillars, namely political-security  community,  economic  community  and  socio-cultural  community,  all  of  which  are  closely intertwined and mutually reinforcing for the purpose of ensuring durable peace, stability and shared prosperity in the region.”
Berdasarkan penjelasan tersebut, nampak jelas bahwa ASEAN Community 2015 memiliki tiga pilar utama yang menjadi fokus, yakni ASEAN political-security  community,  economic  community, dan socio-cultural community. Ketiganya dijelaskan secara detail dalam ‘blueprint’, mencakup penjelasan, nilai-norma, serta tanggung jawab yang harus diemban masing-masing anggota untuk menjaga stabilitas di Asia Tenggara berdasarkan prinsip perdamaian dan keharmonisan.
1.1.2 Tantangan ASEAN: Sebuah Delusi Komunitas?
David M. Jones dan Michael L.R. Smith (2002) mengungkapkan argumen keraguannya atas ASEAN Community. Keduanya mengatakan bahwa ASEAN Community hanyalah sebuah delusi komunitas yang mengimitasi organisasi regional seperti European Union (EU) misalnya, seperti yang telah disinggung sebelumnya. Selain itu, ASEAN memiliki permasalahan mendasar yakni adanya jurang pemisah antara ‘aspirasi retoris’ dengan ‘realitas regional’. Secara mudah dapat dijelaskan bahwa aspirasi dengan kenyataan di lapangan memiliki perbedaan yang cukup signifikan. Dalam ideologi misalnya, Indonesia dengan Pancasila-nya, Laos dengan komunis, Singapura dan Vietnam dengan liberalismenya, dan sebagainya, merupakan alasan mendasar yang dapat menjadi benih-benih friksi antar negara. Tidak hanya ideologi, masalah persepsi atas ancaman eksternal pun masih beragam dalam sesama anggotanya. Indonesia selalu memproyeksikan ancaman terhadap wilayah yang datang dari utara. Meskipun tidak dinyatakan secara eksplisit, tetapi Republik Rakyat Cina (RRC) lah yang dianggap sebagai ancaman. Kemudian Thailand yang tidak pernah mengalami pahitnya kolonialisme menganggap bahwa RRC bukanlah ancaman. Sementara itu Singapura dan Malaysia punya persepsi ancaman yang lain. Disamping keduanya saling bersaing secara internal, dalam batas-batas tertentu kedua negara itu masih menyimpan kekhawatiran terhadap Indonesia, akibat konfrontasi yang dijalankan Indonesia di masa lalu.
Sebuah pernyataan mengenai imitation community atau imagined community, dijelaskan oleh Jones&Smith (2002, 100) bahwa, “Hence, in the realm of Southeast Asian international relations, the imitation state and the imitation community to which it gave rise required an imitation scholarship to uphold the regional illusion.” Lantas, bagaimana prospek ASEAN Community 2015 yang telah dipersiapkan dengan baik oleh negara-negara anggotanya ini? Mungkin masih sangat banyak perihal internal dan eksternal yang harus dibenahi masing-masing negara, terutama bagaimana mengubah pesimisme menjadi optimisme untuk menyongsong ASEAN Community 2015.

1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana membangun kesadaran dan optimisme publik terhadap ASEAN Community 2015

1.3   Tujuan dan Manfaat
1.     Meningkatkan rasa kepemilikan (sense of belongingness) dari ASEAN Community 2015
2.     Membangun kesadaran publik sebagai bagian dari ASEAN Community 2015
3.     Meningkatkan partisipasi publik untuk turut aktif dalam integrasi ASEAN Community 2015


BAB II
PEMBAHASAN


2.1 Gagasan penulis: Kontes Duta ASEAN Community 2015 sebagai instrumen diseminasi horizon ASEAN Community.

2.2.1 Apa itu Kontes Duta ASEAN Community 2015?
Seperti namanya, kontes Duta ASEAN Community 2015 berprinsip pada kompetisi kreativitas, kompetensi, dan wawasan tentang ASEAN yang diikuti oleh delegasi dari semua negara anggota ASEAN. Sebagai bagian dari budaya massa atau budaya populer, layaknya kontes populer lainnya, seperti kontes kecantikan dunia misalnya, penulis melihat pengaruh yang cukup besar dari kontes-kontes yang ditampilkan di televisi. Kontes cukup menyita perhatian publik mengingat delegasi dari setiap negara tidak hanya menampilkan diri sebagai sosok personal melainkan juga mewakili satu negara. Delegasi ini tentunya membawa nama sebuah negara dan mempertaruhkan reputasi negara tersebut di pergaulan internasional.
Kontes Duta ASEAN Community 2015 adalah sebuah perlombaan yang ditampung dalam wadah interaksi sosial yang bersifat asosiatif. Menurut Gilin dan Gilin dalam Soekanto (2005) interaksi sosial  asosiatif  adalah  proses  identifikasi  adanya gerak  dan  penyatuan. Wadah interaksi ini menjadi penting dan memiliki nilai karena hubungan-hubungan sosial  yang  dinamis  yang  menyangkut hubungan  antara  orang  perorangan,  antara  kelompok-kelompok manusia,  maupun  antar orang  perorangan  dengan  kelompok  manusia. Interaksi ini menjadi ajang pembuktian keseriusan Indonesia dalam menyongsong ASEAN Community 2015 yang tidak lama lagi akan kita tapaki bersama.
Kontes Duta ASEAN Community 2015 adalah sebuah ajang internasional-regional yang diselenggarakan melalui kerja sama pemerintah negara anggota ASEAN. Pemerintah mendelegasikan tugas pemilihan duta ASEAN Community kepada Kementerian Luar Negeri - untuk selanjutnya dapat dilaksanakan oleh badan yang ditunjuk dan diawasi langsung oleh Kementerian Luar Negeri masing-masing negara anggota ASEAN. Kerjasama dari badan yang menangani persoalan ASEAN Community berperan sebagai penyelenggara utama Kontes Duta ASEAN Community 2015. Kontes ini didesain untuk mempromosikan pilar-pilar ASEAN kepada publik Indonesia dan negara anggota ASEAN lainnya. Pilar-pilar yang menyangguh bangunan regional ASEAN mencakup pilar sosial-budaya, kedua adalah pilar politik dan keamanan, dan pilar terakhir adalah ekonomi.
Secara umum, kontes ini akan disebarluaskan melalui siaran televisi yang mengudara di semua negara anggota ASEAN. Siaran kontes ASEAN Community 2015 akan dinikmati oleh audiens di semua negara ASEAN. Acara ini memiliki sasaran untuk memperkenalkan negara-negara ASEAN, menyebarkan pandangan positif, dan meningkatkan semangat ke-ASEAN-an sebagai satu kawasan yang satu, mengedepankan tujuan ASEAN Community yang hendak mencapai satu visi (one vision), satu komunitas (one community), dan satu identitas (one identity). Kontes ASEAN Community 2015 diikuti oleh pemuda-pemuda ASEAN yang berada di kisaran usia 18 – 35 tahun. Format kontes mengadopsi bentuk kontes populer yang awam dikenal publik, berpedoman pada nilai-nilai ASEAN, dan bersemangatkan SEA GAMES. Penyelenggara acara dapat membentuk konsorsium yang memiliki kewenangan tersendiri dalam menentukan lokasi kontes. Penyelenggara acara bekerja sama dengan jaringan stasiun televisi yang dimiliki oleh pemerintah masing-masing negara anggota ASEAN yang memiliki hak siaran atas kontes Duta ASEAN Community 2015.
2.2.2 Mengapa Kontes Duta ASEAN Community 2015?
Penulis memandang Kontes Duta ASEAN Community 2015 sebagai langkah yang strategis, ampuh, dan efektif dalam menyiapkan masyakat Indonesia dan negara anggota ASEAN dalam menghadapi tantanngan beserta konsekuensi dalam menjalani kehidupan sebagai satu komunitas kawasan. Berdasarkan analisis penulis, ada beberapa faktor yang menjadikan Kontes Duta ASEAN Community menjadi semakin relevan untuk diangkat sebagai sebuah inisiatif segar dan edukatif. Faktor tersebut diantaranya:
(1)  Sisa waktu yang dimiliki tidaklah lama
Tahun 2015 yang sebentar lagi dijelang tidak banyak memberikan kita waktu untuk bersantai dalam menghadai ASEAN Community 2015. Hitungan mundur semenjak sekarang menjadikan kita hanya memiliki sisa waktu kurang dari 2 tahun - dan semakin dekat di depan penglihatan kita akan konsekuensi-konsekuensi logis dengan terwujudnya masyarakat komunitas ASEAN tahun 2015. Untuk itu persiapan sumber daya, mental, dan strategi yang tepat dalam durasi yang singkat merupakan hal yang dibutuhkan.
(2)  Kepemilikan televisi
Menurut survei dari Nielsen pada tahun 2012, jumlah penonton televisi di Indonesia sendiri mencapai 55 juta. Angka ini merupakan potensi bagi stasiun televisi dan industri hiburan. Dengan jumlah penonton yang besar ini adalah potensi yang bagus bagi Kontes Duta ASEAN Community 2015 dalam menyebarkan pilar ASEAN yang menggunakan pendekatan baru dan terarah.
(3)  Kontes sebagai budaya massa
Dalam sebuah ulasan mengenai bisnis hiburan, Ryan Moffat (2013) menjelaskan bahwa kontes kecantikan tertua dan terbesar di dunia membuat beberapa perubahan mendasar dengan memberikan kontribusi bagi pengembangan kontestan dan komunitasnya. Kami melihat potensi yang besar dengan adanya kontes mengenai Duta ASEAN Community 2015 dalam mengapresiasi gagasan integrasi kawasan ASEAN dalam menunjang kepentingan politik, sosial, dan ekonomi kawasan Asia Tenggara.
Menurut Bungin (2009, 77), ‘budaya massa’ dicirikan dengan: (1) tren, sebuah budaya yang menjadi populer dan tren karena diikuti oleh banyak orang. (2) keseragaman bentuk, sebuah produksi yang dihasilkan dan menjadi tren dan diikuti oleh banyak orang, (3) probabilitas, dari segi ekonomi budaya populer berpotensi menghasilkan yang besar bagi industri yang mendukungnya.
(4)  Peran media massa: agen sosialisasi
Media massa memiliki peranan yang esensial dalam mengkonstruksikan realitas. Kenyataan demikian dapat menumbuhkan kesadaran akan segala peristiwa yang terjadi di seluruh dunia (Cairn, 1990), kesadaran akan hak dan kewajiban sebagai warga negara (Conway et al., 1975), bertambahnya pengetahuan akan geografi (Earl & Pasternack, 1991), serta meningkatnya pengetahuan tentang masalah politik (Furnham & Gunter, 1983), bersikap pro-sosial (Gunter, 1984).
Media massa adalah institusi yang menghubungkan seluruh unsur masyarakat satu dengan lainnya dengan memulai produk media massa yang dihasilkan. Secara spesifik institusi media massa adalah (1) sebagai saluran produksi dan distribusi konten simbolis; (2) sebagai institusi publik yang bekerja sesuai aturan yang ada; (3) keikutsertaan baik sebagai pengirim atau penerima adalah sukarela; (4) menggunakan standar profesional dan birokrasi; dan (5) media sebagai perpaduan antara kebebasan dan kekuasaan (McQuail 2002, 15).
Dalam tulisan Peter Berger dan Thomas Luckman dalam Syata (2012) teori dan pendekatan konstruksi sosial atas realitas melihat  variabel  atau  fenomena  media massa  menjadi hal yang substansial dalam proses eksternalisasi, objektivasi, dan internalisasi. Sifat dan kelebihan media massa telah memperbaiki kelemahan proses konstruksi sosial atas realitas yang berjalan lambat itu. Sehingga kami berharap proses penyebaran informasi mengenai ASEAN Community 2015 ini dapat berjalan cepat, luas, dan juga dapat membentuk opini massa.
2.2.3 Tujuan
Kontes Duta ASEAN Community 2015 memiliki tujuan:
1.     Menggali potensi pemuda ASEAN untuk menjadi pemimpin
2.     Memperkenalkan negara delegasi kepada semua negara anggota ASEAN
3.     Memberi spektrum baru bagi acara televisi yang lebih bernilai - ketimbang program televisi yang orientasinya tidak begitu jelas;
4.     Memperdalam kesadaran regional dan mempercepat persiapan ASEAN Community
5.     Menampilkan keunggulan negara untuk menjadi nilai tambah (added value) dan keunggulan kompetitif (competitive advantage)
6.     Sebagai investasi diplomasi di masa yang akan datang
2.2.4 Hasil yang diharapkan
1.     Semakin banyak masyarakat yang mengetahui dan memahami ASEAN Community 2015
2.     Perubahan pola pikir yang sebelumnya sebagai warga Indonesia kini akan mengalami perubahan yang cukup drastis sebagai warga ASEAN
3.     Perubahan pola perilaku yang sebelumnya tidak menaruh perhatian pada ASEAN, agar semakin tanggap dan responsif terhadap isu-isu ASEAN
4.     Mempersiapkan langkah-langkah antisipasi agar dapat bertahan dalam persaingan ASEAN Community
5.     Integrasi dari kandidat Duta ASEAN Community 2015 dengan pihak ABG (academician, business, government) serta NGO.

2.2 Realisasi gagasan
2.2.1 Seleksi
Seleksi dilakukan di seluruh wilayah Indonesia dan negara ASEAN lainnya, semua pemuda yang tinggal di kawasan ASEAN berhak mengikuti kontes ini asalkan memenuhi persyaratan. Kontes sendiri akan dibagi menjadi menjadi dua kategori, yaitu kategori < 25 tahun dan > 25 tahun. Persyaratan yang harus dipenuhi:
·      Pemuda dengan rentang usia 18 – 35 tahun.
·      Telah menamatkan pendidikan atas bagi kategori < 25 tahun; dan telah menamatkan pendidikan strata-1 bagi kategori > 25 tahun.
·      Dapat berbahasa Inggris dengan baik;
·      Berjiwa kepemimpinan dan diplomatis
·      Memiliki wawasan tentang negara ASEAN
·      Memiliki kepedulian terhadap isu-isu ASEAN
·      Tergabung dalam suatu komunitas lokal;
Seleksi dapat mengambil tempat di sebuah perguruan tinggi di seluruh provinsi di Indonesia, dan seluruh provinsi, maupun negara bagian dari anggota negara ASEAN lainnya.
2.2.3 Penyelenggara
Penyelenggara adalah suatu lembaga/badan yang ditunjuk langsung di bawah komando Kementerian Luar Negeri masing-masing negara ASEAN. Penyelenggara disini melibatkan empat pihak yang juga melakukan fungsi pengawasan internal dan eksternal.
·      Pihak pertama: forum kerja sama duta ASEAN Community lintas negara;
·      Pihak kedua: kementerian luar negeri melalui badan yang berwenang;
·      Pihak ketiga: konsorsium panitia meliputi juri, kepala perguruan tinggi, dan pembantu kegiatan lainnya
·      Pihak keempat: stasiun televisi nasional milik pemerintah
2.2.4 Mekanisme seleksi
Seleksi meliputi on-campus yakni rangkaian seleksi yang dilaksanakan di kampus tertentu, dan off-campus adalah kegiatan komunitas yang dilakukan di luar lingkungan kampus.
·      Seleksi on-campus meliputi: seleksi essay, tes wawancara, tes simulasi persidangan, tes kepribadian
·      Seleksi off-campus meliputi: kegiatan dengan komunitas lokal, penyusunan laporan, dan tes sebagai reporter.
2.2.5 Pemilihan melalui website dan media sosial (social media)
Di era digital ini, jejaring online memainkan peran penting dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Berdasarkan laporan yang dirilis Nielsen tahun 2012 pengguna internet di Indonesia telah mencapai 63 juta orang atau sekitar 24,23 persen dari penduduk Indonesia. Sehingga pengguna yang massif ini dapat dirangkul untuk turut berpartisipasi dalam sebuah acara kontes yang memiliki tujuan besar. Jika pengguna internet ini dapat digerakkan, maka tugas kita adalah menyediakan instrumen untuk menciptakan suatu ruang publik.
Pemilihan kontes Duta ASEAN Community 2015 dapat melibatkan pengguna internet untuk menggunakan hak memilih duta melalui website yang disediakan konsorsium. Fasilitas lainnya adalah penggunaan social media dalam menyampaikan aspirasi dan opini mengenai Duta ASEAN Community 2015 yang dapat digunakan untuk menjaring pandangan masyarakat terhadap ASEAN Community.
2.2.6 Anggaran
Pemerintah masing-masing negara ASEAN perlu melakukan rasionalisasi anggaran terhadap pelaksanaan kontes Duta ASEAN Community 2015. Anggaran dimasukkan dalam pos kegiatan belanja negara untuk ASEAN di departemen dalam Kementerian Luar Negeri. Karena untuk terintegrasi dengan sumber daya yang berkualitas, maka dibutuhkan biaya yang tinggi pula yang harus dikeluarkan oleh negara.
2.2.7 Kerjasama
Pemerintah bersama stakeholder lainnya berperan penting dalam kesuksesan kontes Duta ASEAN Community 2015. Kerjasama meliputi kerjasama intern yakni kerjasama dengan berbagai pihak di dalam negeri yang terlibat dalam penyelenggaraan Duta ASEAN Community 2015, seperti pihak pertelevisian, akademisi, pemerintah yang direpresentasikan oleh pejabat kementerian luar negeri, bisnis, dan lembaga swadaya masyarakat. Sehingga Kinerja Duta ASEAN Community 2015 tidak terhenti pada rangkaian kontes. Kemudian juga kerjasama eksternal yang mencakup kerja sama dengan negara ASEAN lainnya, NGO internasional, perusahaan multinasional, dan akademisi ASEAN.
2.2.8 Jejaring komunikasi dan alumni
Pembentukan forum komunikasi negara anggota ASEAN dan alumni kontes Duta ASEAN Community 2015, melibatkan jejaring ASEAN University Network (AUN), dan ASEAN Youth.

  

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1  Kesimpulan
Dalam menyongsong ASEAN Community 2015 yang memiliki sisa waktu kurang dari dua tahun ini, kesadaran, pemahaman, dan optimisme publik perlu dibangun dengan cara yang menarik dan menunjukkan keseriusan. Melalui program Kontes Duta ASEAN Community 2015, delegasi dari setiap negara yang nantinya terpilih, akan membantu mempromosikan ASEAN Community 2015 beserta tiga pilar, kepada masyarakat di negaranya masing-masing. Proses promosi nilai-nilai ASEAN dan program kerja ASEAN Community 2015 ini akan melibatkan sinergi antara pihak pemerintah, non-pemerintah, maupun para bisnis dan akademisi. Kontes Duta ASEAN Community 2015 ini perlu disiarkan secara serentak di stasiun televisi negara-negara ASEAN supaya sasaran dapat tertuju pada seluruh kalangan masyarakat. Selain itu, media sosial online yang sangat melekat pada masyarakat pun menjadi wadah publikasi program ini secara berkelanjutan, baik pada tahap persiapan, pelaksanaan kontes, maupun program kerja pada masyarakat dari delegasi yang terpilih nantinya.
3.2  Saran
ASEAN Community 2015 sudah di depan mata, namun masih banyak masyarakat, utamanya masyarakat awam yang tidak mengetahui apa dan bagaimana tentang hal ini. Padahal, suatu integrasi tidak akan berjalan bila masyarakat tidak memiliki satu visi, satu identitas, dan satu komunitas. Pemerintah, utamanya Kepala Negara (Presiden) sebaiknya berusaha lebih keras untuk menaruh pemahaman pada masyarakatnya, terlepas pro-kontra yang akan mengikutinya. Tanpa adanya pemahaman jelas dan optimisme yang dibangun, terjadinya mis-persepsi dari masyarakat akan menjadi penghalang besar. Sebaiknya ada suatu sinergi yang kuat dari pemimpin ASEAN dengan pihak-pihak yang mampu mendukung seperti organisasi non-pemerintah (NGO), kaum pebisnis, dan akademisi, yang dirasa masih kurang di negara kami (Indonesia).

  

BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

Buku
ASEAN Secretariat, 2009. Roadmap for an ASEAN Community 2009-2015. Jakarta.
Bungin, B., 2011. Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi
            Komunikasi Masyarakat
. Jakarta: Kencana, Prenada Media Grup.
Jones, David M. dan Michael L.R. Smith, 2002. ASEAN’s Imitation Community.
            Elsevier Science Limited.
McQuail, D., 1996. Teori Komunikasi Massa: Suatu Pengantar. Jakarta: Erlangga
Narine, Shaun, 1998. ASEAN and The Management of Regional Security. Proquest
            Asian Business.
Soekanto, S., 2006. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers.

Skripsi
Syata, N., 2012. Makna Cantik di Kalangan Mahasiswa Ddalam Perspektif Fenomenolog.
            [skripsi]. Makassar: Universitas Hasanuddin.

Jurnal
Cairns, E., 1990. “The Impact of Television News Exposure on Childrens Perceptions of
            Violence in Northern Ireland”, Journal of Social Psychology, 130 (4) : 447-452.
Conway, Margaret M., A. Jay Stevens, and Smith Robert G., 1975. "The Relation Between
            Media Use and Children's Civic Awareness", Journalism Quarterly, 52 : 531-38
Earl, R.A. and S. Pastermack, 1991.Television Weather Casts and their Role in Geographic
            Education
, Journal of Geography, 90 : 113-117
Furnham, A. and B. Gunter, 1993. “Corporate culture: Definition, diagnosis and change”, In
            Cooper, C.L. & Robertson, I.T. (eds), International Review of Industrial and
            Organizational Psychology
, 8 (7) : 233-261.

Website
ABG Nielsen Media Research., Nielsen Audience Measurement. [online]. dalam
            http://www.agbnielsen.net/whereweare/localnews.asp?id=543&country=
            Indonesia&newstype=L&mode=full&language=Bahasa%20Indonesia [diakses pada
            25 Agustust 2013].
Moffat, R., Epoch Times. [online]. dalam http://www.epochtimes.co.id/entertainment
            .php?id=841 [diakses pada 25 Agustust 2013].

Santoso, I., 2012. Pengguna Internet Indonesia 2012 Capai 63 Juta Orang. [online]. dalam
            http://www.antaranews.com/berita/348186/pengguna-internet-indonesia-2012-capai
            63-juta-orang/
[diakses pada 25 Agustust 2013].

No comments:

Post a Comment