Oleh : Keiza Ayu Vriscilasari & Febby Risti Widjayanto
(Tulisan ini ditulis ketika mengikuti Lomba Karya Tulis Ilmiah Tingkat Nasional, tahun 2013, yang diselenggarakan oleh Kementerian Luar Negeri RI)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Saat ini,
ASEAN telah mendengungkan ASEAN Community 2015 sebagai bentuk integrasi
negara-negara ASEAN untuk saling menjaga stabilitas dan menjalin kerjasama di
dalamnya. Tidak dapat dipungkiri bahwa diskusi mengenai ASEAN Community 2015
akan selalu dibandingkan dengan “benua sebelah” yakni Eropa yang telah memiliki
Uni Eropa (EU). Sikap pesimistis dari masyarakat nampaknya akan menjadi
penghalang utama dalam menumbuhkan integrasi ASEAN Community 2015. Karena dalam
proses integrasi melibatkan aspek fisik dan non-fisik yang memiliki kesatuan
tujuan dan optimisme pembangunan.
1.1.1 Selayang
Pandang ASEAN Community 2015
ASEAN Community yang merupakan upaya pengintegrasian
negara-negara anggotanya dengan slogan “one
vision, one identity, one community”, akan dibentuk tahun 2015
dengan segala persiapannya yang telah dimulai sejak tahun 2009. Dalam Roadmap for an ASEAN Community 2009-2015
(2009) dijelaskan bahwa:
“The Declaration of ASEAN Concord II (Bali
Concord II), which seeks to bring the ASEAN Vision 2020 into reality by setting
the goal of building an ASEAN Community by 2020 comprising three pillars,
namely political-security
community, economic community
and socio-cultural community,
all of which
are closely intertwined and
mutually reinforcing for the purpose of ensuring durable peace, stability and
shared prosperity in the region.”
Berdasarkan penjelasan tersebut, nampak jelas bahwa ASEAN
Community 2015 memiliki tiga pilar utama yang menjadi fokus, yakni ASEAN political-security community,
economic community, dan socio-cultural community. Ketiganya
dijelaskan secara detail dalam ‘blueprint’, mencakup penjelasan, nilai-norma,
serta tanggung jawab yang harus diemban masing-masing anggota untuk menjaga
stabilitas di Asia Tenggara berdasarkan prinsip perdamaian dan keharmonisan.
1.1.2 Tantangan ASEAN: Sebuah Delusi Komunitas?
David M. Jones dan Michael L.R. Smith
(2002) mengungkapkan argumen keraguannya atas ASEAN Community. Keduanya
mengatakan bahwa ASEAN Community hanyalah sebuah delusi komunitas yang ‘mengimitasi’
organisasi regional seperti European Union (EU) misalnya, seperti yang telah
disinggung sebelumnya. Selain itu, ASEAN memiliki permasalahan mendasar yakni
adanya jurang pemisah antara ‘aspirasi retoris’ dengan ‘realitas regional’.
Secara mudah dapat dijelaskan bahwa aspirasi dengan kenyataan di lapangan memiliki
perbedaan yang cukup signifikan. Dalam ideologi misalnya, Indonesia dengan
Pancasila-nya, Laos dengan komunis, Singapura dan Vietnam dengan
liberalismenya, dan sebagainya, merupakan alasan mendasar yang dapat menjadi
benih-benih friksi antar negara. Tidak hanya ideologi, masalah persepsi atas
ancaman eksternal pun masih beragam dalam sesama anggotanya. Indonesia
selalu memproyeksikan ancaman terhadap wilayah yang datang dari utara. Meskipun tidak dinyatakan secara
eksplisit, tetapi Republik Rakyat Cina (RRC) lah yang dianggap sebagai ancaman.
Kemudian Thailand yang
tidak pernah mengalami pahitnya kolonialisme menganggap bahwa RRC bukanlah
ancaman. Sementara itu Singapura dan Malaysia punya persepsi ancaman yang lain. Disamping keduanya saling bersaing secara internal, dalam batas-batas
tertentu kedua negara itu masih menyimpan kekhawatiran terhadap Indonesia,
akibat konfrontasi yang dijalankan Indonesia di masa lalu.
Sebuah pernyataan mengenai imitation community atau imagined community, dijelaskan oleh Jones&Smith
(2002, 100) bahwa, “Hence, in the realm
of Southeast Asian international relations, the imitation state and the
imitation community to which it gave rise required an imitation scholarship to
uphold the regional illusion.” Lantas, bagaimana prospek ASEAN Community
2015 yang telah dipersiapkan dengan baik oleh negara-negara anggotanya ini?
Mungkin masih sangat banyak perihal internal dan eksternal yang harus dibenahi
masing-masing negara, terutama bagaimana mengubah pesimisme menjadi optimisme untuk menyongsong ASEAN Community
2015.
1.2
Rumusan Masalah
Bagaimana membangun kesadaran
dan optimisme publik terhadap ASEAN Community 2015
1.3
Tujuan dan Manfaat
1.
Meningkatkan rasa kepemilikan (sense of belongingness) dari ASEAN Community 2015
2.
Membangun kesadaran publik sebagai bagian dari ASEAN Community
2015
3.
Meningkatkan partisipasi publik untuk turut aktif dalam
integrasi ASEAN Community 2015
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Gagasan penulis: Kontes Duta ASEAN Community 2015 sebagai instrumen
diseminasi horizon ASEAN Community.
2.2.1 Apa itu Kontes Duta
ASEAN Community 2015?
Seperti namanya, kontes Duta
ASEAN Community 2015 berprinsip pada kompetisi kreativitas, kompetensi, dan
wawasan tentang ASEAN yang diikuti oleh delegasi dari semua negara anggota
ASEAN. Sebagai bagian dari budaya massa atau budaya populer, layaknya kontes
populer lainnya, seperti kontes kecantikan dunia misalnya, penulis melihat
pengaruh yang cukup besar dari kontes-kontes yang ditampilkan di televisi.
Kontes cukup menyita perhatian publik mengingat delegasi dari setiap negara
tidak hanya menampilkan diri sebagai sosok personal melainkan juga mewakili
satu negara. Delegasi ini tentunya membawa nama sebuah negara dan
mempertaruhkan reputasi negara tersebut di pergaulan internasional.
Kontes Duta ASEAN Community
2015 adalah sebuah perlombaan yang ditampung dalam wadah interaksi sosial yang
bersifat asosiatif. Menurut Gilin dan Gilin dalam Soekanto (2005) interaksi sosial asosiatif
adalah proses identifikasi
adanya gerak dan penyatuan. Wadah interaksi ini menjadi
penting dan memiliki nilai karena hubungan-hubungan sosial yang
dinamis yang menyangkut hubungan antara
orang perorangan, antara
kelompok-kelompok manusia,
maupun antar orang perorangan
dengan kelompok manusia. Interaksi ini menjadi ajang
pembuktian keseriusan Indonesia dalam menyongsong ASEAN Community 2015 yang
tidak lama lagi akan kita tapaki bersama.
Kontes Duta ASEAN Community
2015 adalah sebuah ajang internasional-regional yang diselenggarakan melalui
kerja sama pemerintah negara anggota ASEAN. Pemerintah mendelegasikan tugas
pemilihan duta ASEAN Community kepada Kementerian Luar Negeri - untuk
selanjutnya dapat dilaksanakan oleh badan yang ditunjuk dan diawasi langsung
oleh Kementerian Luar Negeri masing-masing negara anggota ASEAN. Kerjasama dari
badan yang menangani persoalan ASEAN Community berperan sebagai penyelenggara
utama Kontes Duta ASEAN Community 2015. Kontes ini didesain untuk mempromosikan
pilar-pilar ASEAN kepada publik Indonesia dan negara anggota ASEAN lainnya. Pilar-pilar
yang menyangguh bangunan regional ASEAN mencakup pilar sosial-budaya, kedua
adalah pilar politik dan keamanan, dan pilar terakhir adalah ekonomi.
Secara umum, kontes ini akan
disebarluaskan melalui siaran televisi yang mengudara di semua negara anggota
ASEAN. Siaran kontes ASEAN Community 2015 akan dinikmati oleh audiens di semua
negara ASEAN. Acara ini memiliki sasaran untuk memperkenalkan negara-negara
ASEAN, menyebarkan pandangan positif, dan meningkatkan semangat ke-ASEAN-an
sebagai satu kawasan yang satu, mengedepankan tujuan ASEAN Community yang
hendak mencapai satu visi (one vision),
satu komunitas (one community), dan
satu identitas (one identity). Kontes
ASEAN Community 2015 diikuti oleh pemuda-pemuda ASEAN yang berada di kisaran
usia 18 – 35 tahun. Format kontes mengadopsi bentuk kontes populer yang awam
dikenal publik, berpedoman pada nilai-nilai ASEAN, dan bersemangatkan SEA
GAMES. Penyelenggara acara dapat membentuk konsorsium yang memiliki kewenangan
tersendiri dalam menentukan lokasi kontes. Penyelenggara acara bekerja sama
dengan jaringan stasiun televisi yang dimiliki oleh pemerintah masing-masing
negara anggota ASEAN yang memiliki hak siaran atas kontes Duta ASEAN Community
2015.
2.2.2 Mengapa Kontes Duta ASEAN Community 2015?
Penulis memandang Kontes
Duta ASEAN Community 2015 sebagai langkah yang strategis, ampuh, dan efektif
dalam menyiapkan masyakat Indonesia dan negara anggota ASEAN dalam menghadapi
tantanngan beserta konsekuensi dalam menjalani kehidupan sebagai satu komunitas
kawasan. Berdasarkan analisis penulis, ada beberapa faktor yang menjadikan
Kontes Duta ASEAN Community menjadi semakin relevan untuk diangkat sebagai
sebuah inisiatif segar dan edukatif. Faktor tersebut diantaranya:
(1) Sisa waktu yang dimiliki tidaklah lama
Tahun 2015 yang sebentar lagi dijelang tidak banyak
memberikan kita waktu untuk bersantai dalam menghadai ASEAN Community 2015.
Hitungan mundur semenjak sekarang menjadikan kita hanya memiliki sisa waktu
kurang dari 2 tahun - dan semakin dekat di depan penglihatan kita akan
konsekuensi-konsekuensi logis dengan terwujudnya masyarakat komunitas ASEAN
tahun 2015. Untuk itu persiapan sumber daya, mental, dan strategi yang tepat dalam
durasi yang singkat merupakan hal yang dibutuhkan.
(2) Kepemilikan televisi
Menurut survei dari Nielsen
pada tahun 2012, jumlah penonton televisi di Indonesia sendiri mencapai 55 juta.
Angka ini merupakan potensi bagi stasiun televisi dan industri hiburan. Dengan
jumlah penonton yang besar ini adalah potensi yang bagus bagi Kontes Duta ASEAN
Community 2015 dalam menyebarkan pilar ASEAN yang menggunakan pendekatan baru dan
terarah.
(3) Kontes sebagai budaya massa
Dalam sebuah ulasan mengenai
bisnis hiburan, Ryan Moffat (2013) menjelaskan bahwa kontes kecantikan
tertua dan terbesar di dunia membuat beberapa perubahan mendasar dengan
memberikan kontribusi bagi pengembangan kontestan dan komunitasnya. Kami melihat potensi yang besar dengan adanya kontes
mengenai Duta ASEAN Community 2015 dalam mengapresiasi gagasan integrasi kawasan
ASEAN dalam menunjang kepentingan politik, sosial, dan ekonomi kawasan Asia
Tenggara.
Menurut Bungin (2009, 77),
‘budaya massa’ dicirikan dengan: (1) tren, sebuah budaya yang menjadi populer
dan tren karena diikuti oleh banyak orang. (2) keseragaman bentuk, sebuah
produksi yang dihasilkan dan menjadi tren dan diikuti oleh banyak orang, (3) probabilitas,
dari segi ekonomi budaya populer berpotensi menghasilkan yang besar bagi
industri yang mendukungnya.
(4) Peran media massa: agen sosialisasi
Media massa memiliki peranan
yang esensial dalam mengkonstruksikan realitas. Kenyataan demikian dapat
menumbuhkan kesadaran akan segala peristiwa yang terjadi di seluruh dunia
(Cairn, 1990), kesadaran akan hak dan kewajiban sebagai warga negara (Conway et al., 1975), bertambahnya pengetahuan
akan geografi (Earl & Pasternack, 1991), serta meningkatnya pengetahuan
tentang masalah politik (Furnham & Gunter, 1983), bersikap pro-sosial
(Gunter, 1984).
Media massa adalah
institusi yang menghubungkan seluruh unsur masyarakat satu dengan lainnya
dengan memulai produk media massa yang dihasilkan. Secara spesifik institusi
media massa adalah (1) sebagai saluran produksi dan distribusi konten simbolis;
(2) sebagai institusi publik yang bekerja sesuai aturan yang ada; (3)
keikutsertaan baik sebagai pengirim atau penerima adalah sukarela; (4)
menggunakan standar profesional dan birokrasi; dan (5) media sebagai perpaduan
antara kebebasan dan kekuasaan (McQuail 2002, 15).
Dalam tulisan Peter Berger
dan Thomas Luckman dalam Syata (2012) teori dan pendekatan konstruksi sosial
atas realitas melihat variabel atau
fenomena media massa menjadi hal yang substansial dalam proses eksternalisasi,
objektivasi, dan internalisasi. Sifat dan kelebihan media massa telah
memperbaiki kelemahan proses konstruksi sosial atas realitas yang berjalan
lambat itu. Sehingga kami berharap proses penyebaran informasi mengenai ASEAN
Community 2015 ini dapat berjalan cepat, luas, dan juga dapat membentuk opini
massa.
2.2.3 Tujuan
Kontes Duta ASEAN Community 2015
memiliki tujuan:
1.
Menggali potensi pemuda ASEAN untuk menjadi pemimpin
2.
Memperkenalkan negara delegasi kepada semua negara
anggota ASEAN
3.
Memberi spektrum baru bagi acara televisi yang lebih
bernilai - ketimbang program televisi yang orientasinya tidak begitu jelas;
4.
Memperdalam kesadaran regional dan mempercepat persiapan
ASEAN Community
5.
Menampilkan keunggulan negara untuk menjadi nilai tambah
(added value) dan keunggulan
kompetitif (competitive advantage)
6.
Sebagai investasi diplomasi di masa yang akan datang
2.2.4 Hasil yang diharapkan
1. Semakin banyak masyarakat
yang mengetahui dan memahami ASEAN Community 2015
2.
Perubahan pola pikir yang sebelumnya sebagai warga
Indonesia kini akan mengalami perubahan yang cukup drastis sebagai warga ASEAN
3.
Perubahan pola perilaku yang sebelumnya tidak menaruh
perhatian pada ASEAN, agar semakin tanggap dan responsif terhadap isu-isu ASEAN
4.
Mempersiapkan langkah-langkah antisipasi agar dapat
bertahan dalam persaingan ASEAN Community
5.
Integrasi dari kandidat Duta ASEAN Community 2015 dengan
pihak ABG (academician, business,
government) serta NGO.
2.2 Realisasi gagasan
2.2.1 Seleksi
Seleksi dilakukan di seluruh
wilayah Indonesia dan negara ASEAN lainnya, semua pemuda yang tinggal di
kawasan ASEAN berhak mengikuti kontes ini asalkan memenuhi persyaratan. Kontes
sendiri akan dibagi menjadi menjadi dua kategori, yaitu kategori < 25 tahun
dan > 25 tahun. Persyaratan yang harus dipenuhi:
·
Pemuda dengan rentang usia 18 – 35 tahun.
·
Telah menamatkan pendidikan atas bagi kategori < 25
tahun; dan telah menamatkan pendidikan strata-1 bagi kategori > 25 tahun.
·
Dapat berbahasa Inggris dengan baik;
·
Berjiwa kepemimpinan dan diplomatis
·
Memiliki wawasan tentang negara ASEAN
·
Memiliki kepedulian terhadap isu-isu ASEAN
·
Tergabung dalam suatu komunitas lokal;
Seleksi dapat mengambil
tempat di sebuah perguruan tinggi di seluruh provinsi di Indonesia, dan seluruh
provinsi, maupun negara bagian dari anggota negara ASEAN lainnya.
2.2.3 Penyelenggara
Penyelenggara adalah suatu
lembaga/badan yang ditunjuk langsung di bawah komando Kementerian Luar Negeri
masing-masing negara ASEAN. Penyelenggara disini melibatkan empat pihak yang
juga melakukan fungsi pengawasan internal dan eksternal.
·
Pihak pertama: forum kerja sama duta ASEAN Community
lintas negara;
·
Pihak kedua: kementerian luar negeri melalui badan yang
berwenang;
·
Pihak ketiga: konsorsium panitia meliputi juri, kepala
perguruan tinggi, dan pembantu kegiatan lainnya
·
Pihak keempat: stasiun televisi nasional milik pemerintah
2.2.4 Mekanisme seleksi
Seleksi meliputi on-campus yakni rangkaian seleksi yang dilaksanakan
di kampus tertentu, dan off-campus
adalah kegiatan komunitas yang dilakukan di luar lingkungan kampus.
·
Seleksi on-campus
meliputi: seleksi essay, tes wawancara, tes simulasi persidangan, tes
kepribadian
·
Seleksi off-campus
meliputi: kegiatan dengan komunitas lokal, penyusunan laporan, dan tes sebagai
reporter.
2.2.5 Pemilihan melalui
website dan media sosial (social media)
Di era digital ini, jejaring
online memainkan peran penting dalam kehidupan masyarakat Indonesia.
Berdasarkan laporan yang dirilis Nielsen tahun 2012 pengguna internet di
Indonesia telah mencapai 63 juta orang atau sekitar 24,23 persen dari penduduk
Indonesia. Sehingga pengguna yang massif ini dapat dirangkul untuk turut
berpartisipasi dalam sebuah acara kontes yang memiliki tujuan besar. Jika
pengguna internet ini dapat digerakkan, maka tugas kita adalah menyediakan
instrumen untuk menciptakan suatu ruang publik.
Pemilihan kontes Duta ASEAN
Community 2015 dapat melibatkan pengguna internet untuk menggunakan hak memilih
duta melalui website yang disediakan konsorsium. Fasilitas lainnya adalah
penggunaan social media dalam menyampaikan aspirasi dan opini mengenai Duta
ASEAN Community 2015 yang dapat digunakan untuk menjaring pandangan masyarakat
terhadap ASEAN Community.
2.2.6 Anggaran
Pemerintah masing-masing
negara ASEAN perlu melakukan rasionalisasi anggaran terhadap pelaksanaan kontes
Duta ASEAN Community 2015. Anggaran dimasukkan dalam pos kegiatan belanja
negara untuk ASEAN di departemen dalam Kementerian Luar Negeri. Karena untuk
terintegrasi dengan sumber daya yang berkualitas, maka dibutuhkan biaya yang
tinggi pula yang harus dikeluarkan oleh negara.
2.2.7 Kerjasama
Pemerintah bersama stakeholder lainnya berperan penting
dalam kesuksesan kontes Duta ASEAN Community 2015. Kerjasama meliputi kerjasama
intern yakni kerjasama dengan berbagai pihak di dalam negeri yang terlibat
dalam penyelenggaraan Duta ASEAN Community 2015, seperti pihak pertelevisian,
akademisi, pemerintah yang direpresentasikan oleh pejabat kementerian luar
negeri, bisnis, dan lembaga swadaya masyarakat. Sehingga Kinerja Duta ASEAN
Community 2015 tidak terhenti pada rangkaian kontes. Kemudian juga kerjasama
eksternal yang mencakup kerja sama dengan negara ASEAN lainnya, NGO
internasional, perusahaan multinasional, dan akademisi ASEAN.
2.2.8 Jejaring komunikasi
dan alumni
Pembentukan forum komunikasi
negara anggota ASEAN dan alumni kontes Duta ASEAN Community 2015, melibatkan jejaring
ASEAN University Network (AUN), dan ASEAN Youth.
BAB III
KESIMPULAN
DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Dalam menyongsong ASEAN Community 2015 yang memiliki sisa
waktu kurang dari dua tahun ini, kesadaran, pemahaman, dan optimisme publik
perlu dibangun dengan cara yang menarik dan menunjukkan keseriusan. Melalui
program Kontes Duta ASEAN Community 2015, delegasi dari setiap negara yang
nantinya terpilih, akan membantu mempromosikan ASEAN Community 2015 beserta
tiga pilar, kepada masyarakat di negaranya masing-masing. Proses promosi
nilai-nilai ASEAN dan program kerja ASEAN Community 2015 ini akan melibatkan
sinergi antara pihak pemerintah, non-pemerintah, maupun para bisnis dan
akademisi. Kontes Duta ASEAN Community 2015 ini perlu disiarkan secara serentak
di stasiun televisi negara-negara ASEAN supaya sasaran dapat tertuju pada
seluruh kalangan masyarakat. Selain itu, media sosial online yang sangat melekat pada masyarakat pun menjadi wadah
publikasi program ini secara berkelanjutan, baik pada tahap persiapan,
pelaksanaan kontes, maupun program kerja pada masyarakat dari delegasi yang
terpilih nantinya.
3.2
Saran
ASEAN Community 2015 sudah di depan
mata, namun masih banyak masyarakat, utamanya masyarakat awam yang tidak
mengetahui apa dan bagaimana tentang hal ini. Padahal, suatu integrasi tidak
akan berjalan bila masyarakat tidak memiliki satu visi, satu identitas, dan
satu komunitas. Pemerintah, utamanya Kepala Negara (Presiden) sebaiknya
berusaha lebih keras untuk menaruh pemahaman pada masyarakatnya, terlepas
pro-kontra yang akan mengikutinya. Tanpa adanya pemahaman jelas dan optimisme
yang dibangun, terjadinya mis-persepsi dari masyarakat akan menjadi penghalang
besar. Sebaiknya ada suatu sinergi yang kuat dari pemimpin ASEAN dengan
pihak-pihak yang mampu mendukung seperti organisasi non-pemerintah (NGO), kaum
pebisnis, dan akademisi, yang dirasa masih kurang di negara kami (Indonesia).
BAB IV
DAFTAR
PUSTAKA
Buku
ASEAN Secretariat, 2009. Roadmap for an ASEAN Community 2009-2015.
Jakarta.
Bungin, B., 2011. Sosiologi
Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi
Komunikasi Masyarakat. Jakarta: Kencana, Prenada Media Grup.
Komunikasi Masyarakat. Jakarta: Kencana, Prenada Media Grup.
Jones, David M. dan Michael L.R. Smith,
2002. ASEAN’s Imitation Community.
Elsevier Science Limited.
Elsevier Science Limited.
McQuail, D., 1996. Teori Komunikasi Massa: Suatu Pengantar. Jakarta: Erlangga
Narine, Shaun, 1998. ASEAN and The Management of Regional Security. Proquest
Asian Business.
Asian Business.
Soekanto, S., 2006. Sosiologi
Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers.
Skripsi
Syata, N., 2012. Makna
Cantik di Kalangan Mahasiswa Ddalam Perspektif Fenomenolog.
[skripsi]. Makassar: Universitas Hasanuddin.
[skripsi]. Makassar: Universitas Hasanuddin.
Jurnal
Cairns,
E., 1990. “The Impact of Television News Exposure on Childrens Perceptions of
Violence in Northern Ireland”, Journal of Social Psychology, 130 (4) : 447-452.
Violence in Northern Ireland”, Journal of Social Psychology, 130 (4) : 447-452.
Conway,
Margaret M., A. Jay Stevens, and Smith Robert G., 1975. "The Relation
Between
Media Use and Children's Civic Awareness", Journalism Quarterly, 52 : 531-38
Media Use and Children's Civic Awareness", Journalism Quarterly, 52 : 531-38
Earl, R.A. and S. Pastermack, 1991.“Television
Weather Casts and their Role in Geographic
Education”, Journal of Geography, 90 : 113-117
Education”, Journal of Geography, 90 : 113-117
Furnham, A. and B. Gunter, 1993.
“Corporate culture: Definition, diagnosis and change”, In
Cooper, C.L. & Robertson, I.T. (eds), International Review of Industrial and
Organizational Psychology, 8 (7) : 233-261.
Cooper, C.L. & Robertson, I.T. (eds), International Review of Industrial and
Organizational Psychology, 8 (7) : 233-261.
Website
ABG
Nielsen Media Research., Nielsen
Audience Measurement. [online]. dalam
http://www.agbnielsen.net/whereweare/localnews.asp?id=543&country=
Indonesia&newstype=L&mode=full&language=Bahasa%20Indonesia [diakses pada
25 Agustust 2013].
http://www.agbnielsen.net/whereweare/localnews.asp?id=543&country=
Indonesia&newstype=L&mode=full&language=Bahasa%20Indonesia [diakses pada
25 Agustust 2013].
Moffat, R., Epoch Times. [online]. dalam http://www.epochtimes.co.id/entertainment
.php?id=841 [diakses pada 25 Agustust 2013].
.php?id=841 [diakses pada 25 Agustust 2013].
Santoso,
I., 2012. Pengguna Internet Indonesia
2012 Capai 63 Juta Orang. [online]. dalam
http://www.antaranews.com/berita/348186/pengguna-internet-indonesia-2012-capai
63-juta-orang/ [diakses pada 25 Agustust 2013].
http://www.antaranews.com/berita/348186/pengguna-internet-indonesia-2012-capai
63-juta-orang/ [diakses pada 25 Agustust 2013].
No comments:
Post a Comment